Senin, 04 Juni 2012

Komando Pasukan Khusus


Komando Pasukan Khusus yang disingkat menjadi Kopassus adalah bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat ,Indonesiayang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/PermestaOperasi TrikoraOperasi Dwikora, penumpasan G30S/PKIPepera di Irian Barat,Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, serta berbagai operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan KOPASSUS tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi KOPASSUS yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua nugini.
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah. Kopassus memiliki moto Berani, Benar, Berhasil.

Sejarah Kopassus

Kesko TT III/Siliwangi

Pada tanggal 16 April 1952Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS.A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Komandan pertama saat itu adalah Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser. Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).

KKAD

Pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

RPKAD

Tanggal 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.
Tahun 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di timur Jakarta. Dan pada tahun 1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin oleh Mayor Kaharuddin Nasution.
Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama, Mayor Idjon Djanbi terluka, dan akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.

Puspassus AD

Pada tanggal 12 Desember 1966, RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD). Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun. Sebenarnya hingga tahun 1963, RPKAD terdiri dari dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon 2, kesemuanya bermarkas di Jakarta. Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan Long Bawan, saat konfrontasi dengan Malaysia, sedangkan batalyon 2 juga mengalami penderitaan juga di Kuching, Malaysia, maka komandan RPKAD saat itu, Letnan Kolonel Sarwo Edhie -karena kedekatannya dengan Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani, mengusulkan 2 batalyon 'Banteng Raider' bentukan Ahmad Yani ketika memberantas DI/TII di Jawa Tengah di upgrade di Batujajar, Bandung menjadi Batalyon di RPKAD, masing-masing Batalyon 441"Banteng Raider III", Semarang ditahbiskan sebagai Batalyon 3 RPKAD di akhir tahung 1963. Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436 "Banteng Raider I", Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2 lama yang kekurangan tenaga di pertengahan 1965. Sedangkan Batalyon 454 "Banteng Raider II" tetap menjadi batalyon di bawah naungan Kodam Diponegoro. Batalyon ini kelak berpetualang di Jakarta dan terlibat tembak menembak dengan Batalyon 1 RPKAD di Hek.

Kopassandha

Tanggal 17 Februari 1971, resimen tersebut kemudian diberi nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Dalam operasi di Timor Timur pasukan ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan Indonesia. Pada tanggal 7 Desember 1975, pasukan ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini ditugaskan untuk mengamankan lapangan udara. Sementara Angkatan Laut dan Angkatan Udara mengamankan kota. Semenjak saat itu peran pasukan ini terus berlanjut dan membentuk sebagian dari kekuatan udara yang bergerak (mobile) untuk memburu tokohFretilinNicolau dos Reis Lobato pada Desember 1978. Prestasi yang melambungkan nama Kopassandha adalah saat melakukan operasi pembebasan sandera yaitu para awak dan penumpang pesawat DC-9 Woyla Garuda Indonesian Airways yang dibajak oleh lima orang yang mengaku berasal dari kelompok ekstremis Islam "Komando Jihad" yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein28 Maret1981. Pesawat yang tengah menerbangi rute Palembang-Medan itu sempat didaratkan di PenangMalaysia dan akhirnya mendarat diBandara Don MueangBangkok. Di bawah pimpinan Letkol Sintong Panjaitan, pasukan Kopassandha mampu membebaskan seluruh sandera dan menembak mati semua pelaku pembajakan. Korban yang jatuh dari operasi ini adalah Capa (anumerta) Achmad Kirangyang meninggal tertembak pembajak serta pilot Kapten Herman Rante yang juga ditembak oleh pembajak. Imran bin Muhammad Zein ditangkap dalam peristiwa tersebut dan dijatuhi hukuman mati.
Pada tahun 1992 menangkap penerus Lobato, Xanana Gusmao, yang bersembunyi di Dili bersama pendukungnya.

Kopassus

Dengan adanya reorganisasi di tubuh ABRI, sejak tanggal 26 Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di kesatuan Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan pendidikan digabungkan menjadi Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss, serta Detasemen 81.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup.
  • Grup 1/Parakomando — berlokasi di Serang, Banten
  • Grup 2/Parakomando — berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
  • Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus — berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
  • Grup 4/Sandhi Yudha — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
  • Grup 5/Anti Teror — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Komandan Jendral (Danjen) Kopassus yang berpangkatMayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.

Struktur Satuan Kopassus

Perbedaan struktur dengan satuan infanteri lain

Struktur organisasi Kopassus berbeda dengan satuan infanteri pada umumnya. Meski dari segi korps, para anggota Kopassus pada umumnya berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan sifatnya yang khusus, maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda dengan satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup. Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki mereka terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnyaBrigade). Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel, bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih sedikit.

Lima Grup Kopassus


Secara garis besar satuan dalam Kopassus dibagi dalam lima Grup, yaitu:
Kecuali Pusdikpassus, yang berfungsi sebagai pusat pendidikan, Grup-Grup lain memiliki fungsi operasional (tempur). Dengan demikian struktur Pusdikpassus berbeda dengan Grup-Grup lainnya. Masing-masing Grup (kecuali Pusdikpassus), dibagi lagi dalam batalyon, misalnya: Yon 11, 12 dan 13 (dari Grup 1), serta Grup 21, 22 dan 23 (dari Grup 2).

Jumlah personel

Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit, tidak sebanyak jumlah personel infanteri biasa, dengan kata lain tidak menggunakan ukuran konvensional mulai dari peleton hinggabatalyon. Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satu batalyon sekaligus.

Istilah di kesatuan

Karena berbeda dengan satuan pada umumnya, satuan di bawah batalyon bukan disebut kompi, tetapi detasemen, unit atau tim. Kopassus jarang melibatkan personel yang banyak dalam suatu operasi. Supaya tidak terikat dengan ukuran baku pada kompi atau peleton, maka Kopassus perlu memiliki sebutan tersendiri bagi satuannya, agar lebih fleksibel.

Pangkat komandan

  • Komandan Grup berpangkat Kolonel,
  • Komandan Batalyon berpangkat Letnan Kolonel,
  • Komandan Detasemen, Tim, Unit, atau Satuan Tugas Khusus, adalah perwira yang pangkatnya disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai Letnan sampai Mayor).Daftar Komandan Kopassus
  • Saat ini, Kopassus di pimpin oleh seorang Komandan Jendral (Danjen) yang berpangkat Mayor Jendral. Saat ini jabatan Danjen diduduki oleh Mayjen TNI Wisnu Bawatenaya

    Daftar Komandan Kopassus

    Saat ini, Kopassus di pimpin oleh seorang Komandan Jendral (Danjen) yang berpangkat Mayor Jendral. Saat ini jabatan Danjen diduduki oleh Mayjen TNI Wisnu Bawatenaya

    Isu dan berita yang terkait dengan Kopassus

    Nama besar dan citra yang disandang Kopassus sejak didirikannya menyebabkan banyaknya pihak yang menarik-narik Kopassus untuk masuk kedalam kegiatan bernuansa politis. Kopassus sejak dulu telah menjadi tempat persemaian perwira-perwira muda potensial, yang kelak mengisi pos-pos jabatan pimpinan TNI. Nama-nama seperti Benny MoerdaniSintong PanjaitanYunus Yosfiah,Agum GumelarHendropriyonoPrabowo Subianto, dan lain-lain, adalah perwira-perwira yang sudah dikenal publik, saat mereka masih berpangkat Kapten atau Mayor, berkat prestasi mereka di lapangan.

    Pengangkatan Prabowo

    Pengangkatan Prabowo sendiri, yang kebetulan adalah menantu Soeharto, telah menimbulkan banyak gunjingan publik padahal jika di telaah lebih jauh Prabowo memang seorang yang cerdas dan banyak tugas-tugas yang diselesaikan dengan gemilang. Dia seorang prajurit yang jenius, menguasai teknik berperang secara baik dan komunikasi verbal yang bagus dibuktikan dengan menguasai beberapa bahasa seperti Inggris dan perancis secara fasih.

    Kasus putra Subagyo HS

    Nama lain yang ikut tercoreng adalah Subagyo HS, yang sempat menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad). Nama Subayo tercoreng oleh ulah putranya, Agus Isrok[1], yang kebetulan juga berdinas di Kopassus dan berpangkat letnan. Agus, yang pada mulanya berusaha menyembunyikan identitasnya, tertangkap dalam pesta obat-obatan terlarang (shabu-shabu) di sebuah hotel tempat pusat hiburan di Jakarta. Menurut dugaan, Agus bukan hanya sekadar pemakai melainkan juga pengedar narkoba. Diperkirakan karena kekuasaan ayahnya, Agus lolos dari jerat hukum. Pada tahun 2007 Agus Isrok diketahui masih aktif di militer dengan pangkat Kapten. Kasus ini menegaskan apa yang sudah menjadi rahasia umum bahwa Kopassus pada khususnya dan ABRI pada umumnya terlibat dalam bisnis-bisnis illegal di Indonesia. Menurut sebuah sumber dari media terkemuka di Indonesia yang enggan disebut namanya, Kopassus telah lama menggunakan uang perolehan dari bisnis obat terlarang, minuman, dan hiburan untuk membiayai aksi dan operasi militernya yang memakan tidak sedikit biaya, yang secara budgetair tidak semuanya dilaporkan secara internal maupun eksternal di ABRI.

    Kasus penculikan aktivis reformasi

    Pada tahun 1998, nama Kopassus sempat tercoreng berkaitan dengan aktivitas Tim Mawar yang dituding bertanggung jawab terhadap kegiatan penculikan dan penghilangan nyawa beberapa aktivis pro demokrasi. Nama Kopassus kembali tercoreng setelah Peristiwa Mei 1998, ketika banyak hasil penelitian tim pencari fakta independen menemukan adanya organisasi terstruktur rapi dalam militer yang dengan sengaja dan maksud tertentu menyulut kerusuhan massa di Jakarta dan Surakarta (kedua kota tersebut secara kebetulan adalah daerah basis/markas Kopassus, yaitu Cijantung-Jakarta dan Kandang Menjangan-Surakarta). Pada 2007 masalah Tim Mawar ini kembali mencuat ke permukaan melihat kenyataan bahwa 11 tentara yang terlibat (6 di antaranya dipecat pada 1999), ternyata tidak jadi dipecat tetapi tetap meniti karier, naik pangkat dan beberapa diketahui memegang posisi-posisi penting seperti Dandim dengan pangkat kolonel. Panglima TNI menyatakan hanya 1 dari 6 perwira tersebut yang benar-benar dipecat.

    Membungkuknya Danjen Kopassus di depan Tommy Soeharto

    Pada tahun 2007, Kopassus kembali tercoreng dengan insiden pembungkukan Danjen Kopassus di depan Tommy Soeharto. Hal ini mengesankan Kopassus masih tunduk kepada kekuasaan Soeharto. Pada acara hari ulang tahun kopassus, Tommy dan Bambang Trihatmodjo Soeharto hadir di Kandang Menjangan Group II Kopassus Solo sebagai peserta lomba tembak terbuka yang digelar pada23 April 2007. Pada saat bersalaman dengan Tommy, Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary (Danjen Kopassus) terlihat membungkuk di depan putra presiden Suharto itu, dan kejadian ini terekam kamera wartawan. Foto membungkuknya Danjen Kopassus ini beredar luas di masyarakat bahkan sampai ke Amerika Serikat dan Australia. Pemerintah Amerika Serikat melalui Asisten Menlu AS Urusan Asia Pasifik, Christopher Hill menanyakan secara resmi mengenai peristiwa ini kepada Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono di Jakarta.
    Menurut Menteri, Danjen Kopassus hanya memberikan ucapan selamat atas prestasi Tommy pada kompetisi tersebut.




Perekrutan Prajurit Marinir



      Metode perekrutan prajurit Marinir langsung diambil dari masyarakat. Namun menjadi seorang Marinir tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Seseorang yang berminat dan bercita-cita menjadi Marinir harus melewati beberapa tahap pendidikan dan seleksi yang ketat dan cukup berat.
       Tahap pertama, mereka harus lulus seleksi penerimaan calon prajurit TNI AL. Tahap kedua, adalah lulus pemilihan menjadi calon Marinir dari semua calon prajurit TNI AL itu. Sedangkan tahap terakhir adalah lulus dan selamat dari pendidikan khas Marinir di pusat pendidikan Marinir.
       Mereka yang ingin menjadi Perwira Marinir dapat melalui akademi TNI AL dan khusus dari Sarjana lewat Komando Pendidikan TNI AL. Sedangkan bagi mereka yang ingin menjadi Bintara melalui pendidikan Calon Bintara. Dan untuk menjadi Tamtama Marinir melalui pendidikan Calon Tamtama yang kedua-duanya di bawah Kodikal.
       Khusus untuk Calon Perwira Marinir yang dididik lewat Akademi TNI AL, 25 persen dari yang terpilih menjadi Taruna Korps Marinir akan merasakan dunia Marinir tatkala mereka dilantik menjadi Kopral Taruna. Pada tahap inilah para Taruna Korps Marinir mulai digembleng, ditempa dan dibentuk menjadi calon-calon Perwira Marinir yang handal dan profesional.
       Pada pangkat Sersan Taruna, mereka mulai dibekali mata kuliah kejuruan Marinir Tahap I. Pada saat ini, mereka diwajibkan untuk mengikuti antara lain : pendidikan Komando di Puslatpur Baluran-Banyuwangi untuk mendapatkan Brevet Komando serta mengikuti pendidikan kwalifikasi menembak senapan dan pistol untuk memperoleh brevet senapan maupun menembak pistol. Pada pangkat Sersan Mayor Taruna mereka dibekali mata kuliah Kejuruan Marinir Tahap II, dimana diantaranya mereka diwajibkan untuk mengikuti pendidikan Para Dasar untuk mendapatkan Brevet Para Dasar.
       Usai pelantikan menjadi Perwira Marinir dengan pangkat Letnan Dua Marinir, para lulusan Akademi TNI AL ini masih digembleng lagi sebagai Perwira Siswa (Pasis) guna mendalami ilmu-ilmu ke Mariniran selama setahun.
       Usai lulus dari pendidikan Pasis, barulah mereka resmi dikirim ke satuan-satuan tempur yang ada di Korps Marinir dengan jabatan awal sebagai Komandan Peleton. Disinilah awal pengabdian mereka sebagai Perwira Korps Marinir.
       Untuk Calon Bintara dan Tamtama Korps Marinir, setelah melewati tahap Pendidikan Dasar Kemiliteran selama tiga bulan di Komando Pendidikan TNI AL Surabaya, sekitar 30 persen diantara para calon yang terpilih masuk ke kejuruan Korps Marinir segera dikirim ke Pusat Pendidikan Korps Marinir di Gunung Sari Surabaya untuk mengikuti pendidikan tahap kejuruan Marinir.
       Di Pusdikmar inilah para calon Marinir akan dihadapkan pada model pendidikan khas Marinir yang terkenal keras dan tak kenal kompromi. Dan disini pulalah mereka harus memilih antara dua pilihan, mundur atau maju menjadi Marinir. Bagi yang bermental baja dan menganggap Marinir sebagai pilihan kata hati maka mereka akan maju terus menghadapi semua tahap pendidikan. Namun bagi mereka yang tidak siap, Korps Marinir akan mengembalikan mereka kembali ke masyarakat.
       Model pendidikan khas Marinir yang di hadapi para calon diawali dengan sebuah tahap yang dikenal dengan pekan orientasi. Pada tahap ini, mereka harus melewati beberapa problem yang semuanya difokuskan untuk menguji kesiapan mental, disiplin, ketahanan fisik maupun intelijensi mereka.
       Dibawah tangan-tangan para pelatih yang bertemperamen khas Marinir mereka harus siap menahan ujian mental, fisik khas Komando Marinir. Mereka harus rela tidur di sembarang tempat, baik di pohon, di sungai maupun di rawa-rawa. Mareka juga harus sering menutup mata bila rekan mereka yang kurang siap mental dan fisik digotong oleh petugas kesehatan yang akan menjadi pengantar mereka untuk kembali ke masyarakat.
       Setelah pekan orientasi terlewati, para calon Marinir kemudian mengikuti tahap pembelajaran yang meliputi teori maupun praktek. Di sinilah mereka akan mempelajari dan mendalami doktrin-doktrin operasi amfibi dan operasi darat serta materi penunjang lain yang berkaitan dengan profesi mereka sebagai prajurit.
       Tahap berikutnya yang merupakan tahap terberat adalah tahap pendidikan komando yang dilaksanakan sekitar dua bulan. Pada tahap yang harus diikuti pula oleh para Taruna Korps Marinir dari Akedemi TNI AL ini, semua calon harus menerapkan semua materi yang diperolehnya dalam bentuk skenario latihan pertempuran yang lengkap, terjadwal dan terus-menerus. Tahapan yang harus dilewati para calon Marinir ini terdiri dari : Tahap Komando, Tahap Laut, Tahap Hutan, Tahap Gerilya Lawan Gerilya dan Tahap Lintas Medan dimana semua siswa harus mampu melaksanakan jalan kaki sejauh 450 km dari Banyuwangi - Surabaya melewati berbagai bentuk medan seperti pengunungan, lembah, jurang, medan berbatu, berpasir dengan memotong empat gunung yaitu pegunungan Ijen, Argopuro, Tengger dan Bromo.

Setelah tahap ini terlewati, semua siswa harus mengikuti latihan pendaratan amfibi. Di sinilah masa awal mereka dikenalkan dengan penggelaran operasi amfibi yang sebenarnya.

         Usai pendaratan merupakan tahap yang paling menegangkan dan juga menyenangkan bagi para calon Marinir. Di bawah terpaan gelombang pantai sebatas pinggang, bagi yang dinyatakan lulus akan mengikuti upacara sakral pembaretan. Disinilah akhir pendidikan yang merupakan masa awal mereka menjadi prajurit Marinir sejati.

         Setelah resmi masuk menjadi keluarga besar Korps Marinir, para Marinir muda ini kemudian dikirim ke satuan-satuan tempur yang ada untuk menambah dan memperkuat jajaran Korps Marinir. Di Kesatuan yang baru ini, para Tamtama, Bintara Remaja Marinir yang baru lulus pendidikan, termasuk para Perwira Remaja Marinir tetap dibina dalam suatu sistem pembinaan yang terpadu, terprogram dan berlanjut sehingga mereka dapat menjadi prajurit yang profesional.